Menurut Iwan, Kenduri "Urban Humanity" yang menggambarkan kehidupan para pemulung telah berhasil menjadi sumber inspirasi penting dalam proses kreatif, terutama bagi anak-anak remaja.
"Ironisnya, kesenian lenong yang ditampilkan dalam Kenduri Urban Humanity dimainkan oleh anak-anak remaja. Bahkan, mereka bukan berasal dari suku Betawi, melainkan dari suku lain seperti Palembang, Jambi, dan suku lainnya. Pendekatan khusus terhadap kesenian tradisional ternyata berhasil diterima dengan baik oleh anak-anak Generasi Z," jelas Iwan.
Iwan juga menegaskan bahwa seni selalu memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, tidak hanya sebagai sumber kenikmatan visual, tetapi juga dalam memberikan makna.
Selain pertunjukan seni, Kenduri Urban Humanity juga berhasil menggelar Lomba Fashion Show Busana Daur Ulang. Acara ini menghasilkan kostum-kostum unik dan kreatif yang dibuat dari pengelolaan limbah atau sampah produktif.
"Inspirasi kami berasal dari tumpukan sampah dan barang bekas yang rutin dikumpulkan oleh para pemulung yang kami dukung di Rumah Singgah Bunda Lenny Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan," tambah Iwan.
"Partisipasi dalam fashion show busana daur ulang sangatlah antusias. Hal ini terlihat dari karya-karya mereka yang memiliki desain luar biasa. Peserta tidak hanya berasal dari Bekasi, tetapi juga dari berbagai kota seperti Yogyakarta, Jakarta, Tangerang, Depok, dan Bogor," tambahnya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait