Sebagai bentuk ketaatan Nabi Ibrahim a.s., ia pun melakukan perintah Allah Subhanahu wa ta'ala. Anaknya Ismail meminta ayahnya mengikatnya dengan tali dan menajamkan pisau supaya saat disembelih Ismail tidak meronta kesakitan.
Ismail juga meminta pakaiannya diberikan kepada sang ibu sebagai bentuk kenang-kenangan.
Nabi Ibrahim a.s. pun memantapkan niat dan pasrah. Sedetik setelah pisau nyaris digerakkan, tiba-tiba Allah Subhanahu wa ta'ala berseru dengan firman-Nya, menyuruh menghentikan perbuatannya, dan tidak usah diteruskan pengorbanan terhadap anaknya.
Allah Subhanahu wa ta'ala telah meridhoi ayah dan anak ini memasrahkan tawakal mereka.
Sebagai imbalan keikhlasan keduanya, Allah Ta'ala mencukupkan dengan penyembelihan seekor kambing sebagai kurban, sebagaimana diterangkan dalam Alquran Surat As-Saffat Ayat 107–110:
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
"Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar."
وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ
"Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang kemudian."
سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ
"Yaitu kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim."
كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
"Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik."
Menyaksikan tragedi penyembelihan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah umat manusia itu, Malaikat Jibril terkagum, seraya terlontar darinya suatu ungkapan: "Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar."
Nabi Ibrahim a.s. pun menjawab: "Laa Ilaha illallahu Allahu Akbar."
Kemudian disambung oleh Nabi Ismail a.s.: "Allahu Akbar Walillahil Hamdu."
Demikian asal-usul dan sejarah hari raya Idul Adha yang wajib diketahui dan diambil pelajarannya. Semoga jelas dan bermanfaat. Wallahu a'lam bisshawab.
Editor : Iman Ridhwan Syah