get app
inews
Aa Text
Read Next : Presiden Prabowo Ubah Sistem Haji, Selly Gantina Tekankan Perubahan Undang-Undang

Berawal Ketaatan Nabi Ibrahim dan Ismail, Begini Asal-usul dan Sejarah Hari Raya Idul Adha

Senin, 04 Juli 2022 | 06:30 WIB
header img
Ilustrasi sejarah dan asal-usul hari raya Idul Adha (Foto: Istimewa/Baztab)

Asal-usul dan sejarah Hari Raya Idul Adha wajib diketahui kaum muslimin. Idul Adha adalah salah satu hari besar bagi umat Islam di seluruh dunia yang diperingati setiap tanggal 10 Dzulhijjah.

Hari raya Idul Adha bersamaan dengan wukuf di Arafah sebagai puncak ibadah haji yang jatuh pada 9 Dzulhijjah. Idul Adha juga identik dengan berkurban atau menyembelih hewan kurban.

Perintah berkurban sendiri telah tercantum dalam Alquran Surat Al Kautsar Ayat 2. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ

Arab latin: Fa salli lirabbika wan-har.

Artinya: "Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah)."

Idul Adha telah ada sejak zaman Nabi Ibrahim a.s. Lantas, bagaimana sejarah dan asal-usul hari raya Idul Adha? Simak ulasannya berikut ini.

Dalam sejarah Islam, hari raya Idul Adha disebut juga 'Iedul Nahr' yang artinya hari raya penyembelihan sebagai memperingati ujian paling berat yang menimpa Nabi Ibrahim Alaihissallam.

Dari kesabaran dan ketabahan Nabi Ibrahim a.s. dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan, Allah Subhanahu wa ta'ala memberinya sebuah anugerah, sebuah kehormatan 'Khalilullah' (kekasih Allah).

Setelah gelar Al-khalil disandangnya, malaikat pun bertanya kepada Allah Ta'ala:

"Ya Tuhanku, mengapa Engkau menjadikan Ibrahim sebagai kekasihmu. Padahal ia disibukkan oleh urusan kekayaannya dan keluarganya?" Allah berfirman: "Jangan menilai hambaku Ibrahim ini dengan ukuran lahiriah, tengoklah isi hatinya dan amal baktinya."

Sebagai realisasi dari firman-Nya, Allah Subhanahu wa ta'ala mengizinkan pada para malaikat menguji keimanan serta ketakwaan Nabi Ibrahim a.s. Ternyata, kekayaan dan keluarganya dan tidak membuatnya lalai dalam taatnya kepada Allah Ta'ala.

Peristiwa ini bermula saat Nabi Ibrahim a.s. mengalami mimpi yang terus berulang.

Dalam mimpi tersebut, Allah Subhanahu wa ta'ala memberikan perintah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih putra kesayangannya yaitu Ismail.

Perlu diketahui, Nabi Ibrahim a.s. memiliki dua anak yaitu Ismail dan Ishak. Keduanya lahir dari ibu berbeda. Anak pertama Nabi Ibrahim bernama Ismail lahir dari rahim seorang perempuan bernama Hajar.

Di saat mendapat mimpi untuk menyembelih putranya, Nabi Ibrahim Alaihissallam sangat gelisah. Akan tetapi, karena mimpi itu, Nabi Ibrahim seakan mengalami hal di luar dugaan.

Nabi Ibrahim a.s. yang tidak bisa berbuat apa-apa lantaran mimpi itu adalah perintah dari Allah Subhanahu wa ta'ala mendatangi Ismail dengan maksud menyampaikan mimpi tersebut.

Firman Allah Subhanahu wa ta'ala tertuang dalam Alquran Surat As-Shaffat Ayat 102:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ

Terjemahan: Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?" Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar."

Editor : Iman Ridhwan Syah

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut