Setelah masuk, dirinya baru mengetahui bekerja sebagai penyebar teror dari pinjol ilegal. Menurutnya, kerja sebagai penyebar SMS lebih menggiurkan gajinya dibandingkan tempat kerja sebelumnya di rumah makan. "Di bulan pertama setelah kerja, saya baru 3 bulan. Sudah sadar sebelum ditangkap. Cuman kan namanya butuh duit," ucap AY.
Dalam menyebar SMS teror ataupun promosi, AY disediakan alat untuk SMS blasting dan sejumlah sim card yang telah teregister. AY menyebut, barang-barang itu didapatkan dari bosnya, tanpa menyebutkan nama. Untuk menyebar 150.000 SMS, AY tak butuh waktu lama. Dia mengklaim hanya bekerja di pagi hari saja, dan tak perlu ke kantor cukup dari tempat tinggalnya saja.
AY berdalih hanya menjalankan instruksi dari bos-nya. Dia mengatakan ketika dapat perintah untuk menyebarkan SMS, hal itu langsung dilakukan melalui alat SIM box. Namun demikian, AY mengaku, dia dan operator lainnya tidak pernah tatap muka secara langsung dengan target. Begitupula dengan bos yang memberinya instruksi. Selama ini, mereka berkomunikasi hanya melalui telepon. "By phone. Paling kasih tahu ganti kartu. Sudah begitu saja," kata AY.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta