Dengan kelompoknya beraksi lagi. Di dalam roda empat. Saat hendak menculik seorang pengusaha miliader keturunan Arab di Jakarta, sang korban yang melawan tanpa sengaja tertembak dan mati. Kusni yang bersembunyi di sebuah rumah kontrakan di Yogyakarta, diringkus di depan istri dan anaknya.
Setelah itu petualangannya kabur dari penjara ke penjara. Penjara Semarang, Kalisosok Surabaya, dan Cipinang, Jakarta, semuanya pernah ia tembus. Untuk membersihkan namanya, Kusni sempat menyusup ke kapal laut yang hendak berlayar dari Tanjung Perak Surabaya, ke Manado.
Ia bermaksud bergabung menjadi sukarelawan perang melawan pemberontak PRRI Permesta. Namun gagal. Kusni kembali merasakan udara pengap penjara. Ia mengalami keputusasaan dalam hidup. Di penjara Kusni berpindah Katolik, dengan nama baru Ignatius Waluyo. Ia merasa terlahir kembali menjadi manusia.
"Apakah sesungguhnya yang kukejar selama ini? Harta?. Telah kuserahkan di Madiun. Tujuh kilo emas-berlian. Uang? Telah kuhamburkan di Surabaya dan telah sia sia. Di Semarang. Kehormatan? Kakiku adalah medali yang tak tercabut kekuasaan? Apakah itu? Apakah itu?," tanya Kusni seperti ditulis Parakitri dalam buku " Kusni Kasdut ".
Revolusilah yang mengajarnya merampok. Kusni sempat bertanya-tanya. Apa bedanya merampok di Gorang Gareng Madiun ,dengan museum negara. Apa bedanya merampok keluarga Tionghoa, keluarga Indonesia, dan merampok museum milik rakyat Indonesia?.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta