Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus malaikat agar dia melihat makhluk-Nya dan kekuasaan-Nya sekaligus untuk menguji pemuda tersebut bagaimana baktinya kepada ibunya. Sungguh, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengetahui hal tersebut.
Sang malaikat bertanya, “Kamu jual sapi ini dengan harga berapa?”
Dia menjawab, “Tiga dinar. Dengan catatan ibuku meridainya.”
Lantas malaikat berkata, “Aku beli enam dinar. Tetapi engkau tidak perlu meminta persetujuan ibumu.”
Pemuda itu berkata, “Seandainya engkau memberiku emas seberat sapi ini pun, aku tidak akan mengambilnya melainkan dengan rida ibuku.”
Kemudian dia membawa pulang sapi kepada ibunya dan dia menceritakan tentang harganya.
Lalu sang ibu berkata, “Kembali lagi! Juallah dengan harga enam dinar berdasarkan rida dariku."
Dia pun berangkat ke pasar dan menemui malaikat. Sang malaikat bertanya, “Apakah engkau telah meminta persetujuan ibumu?”
Pemuda itu menjawab, “Beliau menyuruhku agar tidak mengurangi harganya dari enam dinar dengan catatan aku meminta persetujuan ibu.”
Sang malaikat berkata, “Aku akan memberimu dua belas dinar.”
Pemuda itu pun menolak, lalu kembali kepada ibunya dan menceritakan hal tersebut kepadanya.
Ibunya berkata, “Sungguh, orang yang mendatangimu adalah malaikat dalam bentuk manusia untuk mengujimu. Jika dia mendatangimu lagi, katakan padanya, ‘Apakah engkau memerintahkan kami untuk menjual sapi ini ataukah tidak?”
Pemuda itu pun melakukan hal tersebut, lalu malaikat berkata, “Kembalilah kepada ibumu. Dan tolong sampaikan padanya, ‘Biarkanlah sapi ini. Sungguh Nabi Musa bin Imran ‘alaihis salam akan membelinya dari kalian untuk mengungkap korban pembunuhan seseorang di kalangan kaum Bani Israil. Janganlah engkau menjualnya kecuali dengan kepingan dinar yang memenuhi kulitnya. Oleh karena itu, tahan dulu sapi ini’.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala memang menakdirkan orang-orang Bani Israil yang menyembelih sapi itu. Mereka terus-menerus menanyakan ciri-ciri sapi tersebut dan ternyata ciri-ciri yang diberikan sesuai dengan ciri-ciri sapi pemuda salih tersebut. Hal ini merupakan imbalan bagi pemuda tersebut atas baktinya kepada sang ibu sebagai anugerah dan kasih sayang.
Akhirnya mereka pun membeli sapi tersebut dengan emas sepenuh kulit sapi. Lantas mereka menyembelih sapi tersebut kemudian memukulkan bagian dari sapi kepada korban pembunuhan sebagaimana perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Selanjutnya orang yang terbunuh bangkit; hidup lagi dengan izin Allah, sedang urat lehernya masih mengalirkan darah. Lalu dia berkata, "Yang membunuh saya adalah fulan.” Kemudian dia jatuh dan mati di tempatnya. Maka, si pembunuh terhalang mendapat warisan.
Ringkasan kisah ini diambil dari cerita Bani Israil yang disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 1:440-445 dan Al-Bidayah wa An-Nihayah, 2:165-168.
Wallahu a'lam bisshawab.
Artikel ini telah terbit di Okezone dengan judul "Kenapa Surat Al Baqarah Disebut Sapi Betina?".
Editor : Eka Dian Syahputra