BEKASI, iNews.id- Kekayaan orang terkaya Indonesia, Prajogo Pangestu anjlok lebih dari 11,4 miliar dolar AS atau setara Rp177,5 triliun dalam satu hari pada, Selasa (9/1/2024). Hal ini disebabkan menurunnya harga saham PT Barito Renewables Energy Tbk dan PT Chandra Asri Pacific Tbk masing-masing anjlok 20 persen menjadi Rp5.400 dan Rp4.220.
Mengutip Forbes, kekayaan bersih Prajogo kini mencapai 42,1 miliar dolar AS atau setara Rp655,8 triliun, turun dari sebelumnya 53,5 miliar dolar AS. Meski mengalami penurunan drastis, dia tetap menjadi orang terkaya di Indonesia.
Para analis menyebut, penurunan harga saham kedua emiten dengan kode saham BREN dan TPIA itu mencerminkan perubahan sentimen investor. “Baik BREN dan TPIA berada dalam area overbought dan saham-saham jatuh ketika investor melihat peluang untuk mengambil keuntungan,” ujar Analis Henan Putihrai Sekuritas, Ezaridho Ibnutama.
Dia menambahkan, harga saham kedua perusahaan saat ini dinilai terlalu tinggi, meskipun prospeknya menjanjikan berdasarkan rencana ekspansi mereka saat ini.
“Mereka dinilai terlalu tinggi jika kita melihat matriks saat ini, namun tidak (terlalu tinggi) jika kita melihat dengan matriks yang diperkirakan, dengan mempertimbangkan kontribusi dan skalanya ketika proyek masa depan mereka selesai,” ucapnya.
Pada bulan Desember, Barito Renewables, yang merupakan produsen energi panas bumi terbesar di Indonesia, menandatangani perjanjian melalui anak perusahaannya dengan UPC Renewables Asia Pacific Holdings dan ACEN Renewables International untuk mengakuisisi UPC Sidrap Bayu Energy, salah satu produsen energi angin terbesar di RI dengan kapasitas sebesar 75 MW.
Akuisisi tersebut diharapkan selesai pada kuartal I 2024. Sementara itu, Chandra Asri Petrochemicals milik Prajogo pekan lalu berganti nama menjadi Chandra Asri Pacific, untuk mencerminkan ekspansi perusahaan di bidang kimia dan infrastruktur.
Pada tahun 2023, perseroan mengakuisisi perusahaan energi Krakatau Chandra Energi dan perusahaan infrastruktur Krakatau Tirta Industri.
Untuk membantu Indonesia mengurangi impor bersih Petrokimia, Chandra Asri telah mengembangkan kompleks petrokimia skala global kedua, CAP2, yang dijadwalkan selesai pada tahun 2027.
Selain BREN dan TPIA, saham penambang batu bara Pangestu, Petrindo Jaya Kreasi, juga sempat terpuruk dan ditangguhkan perdagangannya pada bulan lalu. Harga terakhir Petrindo yang diperdagangkan sebesar Rp13.425 mencerminkan peningkatan yang luar biasa sebesar 49 kali lipat dari harga pencatatannya pada Maret 2023.
Pekan lalu, Petrindo mengumumkan kesepakatan untuk mengakuisisi lebih dari sepertiga kontraktor pertambangan Petrosea senilai Rp940 miliar. Petrosea yang dimiliki oleh Caraka Reksa Optima (CRO) akan meminta persetujuan akuisisi tersebut kepada pemegang saham melalui rapat umum luar biasa (RUPSLB) bulan depan.
Harga akuisisi tersebut mencapai Rp2.471 per saham setelah diskon 50 persen dari harga pasar Petrosea pada Jumat 5.550 per saham. Alhasil, harga saham Petrosea semakin terpuruk hingga ke level 4.540 per saham pada pekan ini.
Sementara, Komisaris Independen Barito Pacific, Henky Susanto mengatakan, penurunan saham tersebut disebabkan oleh dinamika pasar, seiring dengan anjloknya IHSG.
“Namun, dari segi perkembangan bisnis dan keuangan, kami masih mengalami kemajuan dan memiliki dana yang cukup,” kata Susanto.
Prajogo memulai usaha perkayuannya pada akhir tahun 1970an. Barito Pacific Timber miliknya go public pada tahun 1993 dan mengubah namanya menjadi Barito Pacific untuk mencerminkan diversifikasi bisnis perusahaan seiring dengan ekspansinya.
Editor : Wahab Firmansyah