get app
inews
Aa Text
Read Next : Detik-detik Epy Kusnandar Meninggal Dunia, Pembuluh Darah di Otak Pecah

Benarkah Orang Bertubuh Pendek Cenderung Berumur Panjang? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Senin, 19 Mei 2025 | 10:32 WIB
header img
Benarkah orang bertubuh pendek cenderung memiliki umur yang lebih panjang? Foto/Istimewa

JAKARTA, iNewsBekasi.id- Pertanyaan seputar hubungan antara tinggi badan dan usia harapan hidup sering memicu rasa penasaran. 

Benarkah orang bertubuh pendek cenderung memiliki umur yang lebih panjang? Dr. Berry Juliandi, dosen dari Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) sekaligus Pakar Neurosains Molekuler dari IPB University, mengupasnya dari sudut pandang ilmiah.

Menurut Berry, klaim tersebut tidak sepenuhnya salah, namun juga tidak bisa disimpulkan secara sederhana. Dalam siaran pers yang dirilis pada Sabtu (17/5/2025). 

“Secara molekuler, memang ada gen pleiotropik yang berperan dalam pertumbuhan di awal kehidupan, tetapi jika terus aktif di usia tua dapat mempercepat penuaan atau bahkan memicu kanker,” ungkapnya

Pernyataan ini mengindikasikan bahwa genetik memiliki peran dalam mengatur keseimbangan antara pertumbuhan dan penuaan. Namun, faktor-faktor lain juga perlu dipertimbangkan secara holistik.

Kalori, Gen Sirtuin, dan Penuaan

Berry juga menekankan, salah satu pendekatan ilmiah yang terbukti memperlambat proses penuaan adalah restriksi kalori—pengurangan asupan energi tanpa menyebabkan kekurangan gizi. 

Studi-studi pada organisme model menunjukkan bahwa kondisi ini dapat mengaktifkan gen seperti sirtuin yang diketahui membantu memperpanjang umur.

Berry mengatakan, tidak tepat membandingkan tinggi badan secara langsung dengan usia harapan hidup. 

“Kita perlu memahami konsep ukuran relatif. Misalnya, bayi secara absolut mungkin tampak lebih besar jika dihitung berdasarkan proporsi kepala terhadap tubuh. Jadi, ukuran tinggi saja tidak bisa menjadi satu-satunya indikator umur panjang,” katanya.

Berry menuturkan, pentingnya gaya hidup sehat dan kondisi sosial dalam menentukan panjang usia seseorang. 

Ia mengangkat contoh dari wilayah yang disebut blue zones—seperti Okinawa (Jepang) dan Sardinia (Italia)—yang dikenal memiliki populasi dengan umur panjang.

“Penduduk di wilayah tersebut memiliki pola makan yang seimbang, aktif bergerak, dan menjalin hubungan sosial yang kuat,” tuturnya.

Salah satu studi yang ia kutip dari Stanford University menunjukkan bahwa dukungan sosial memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap kebahagiaan di usia tua dibandingkan kekayaan atau jabatan. 

“Jadi, umur panjang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor genetik (nature), tetapi juga lingkungan (nurture),” paparnya.

Berry juga menyinggung tentang epigenetik, yakni proses di mana ekspresi gen dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti pola makan dan stres. 

Ia menjelaskan, makanan yang mengandung polifenol, terutama dari tumbuhan yang mengalami stres alamiah, dapat membantu tubuh beradaptasi terhadap tekanan eksternal dan mendukung umur panjang.

Berry menerangkan, untuk meningkatkan harapan hidup, seseorang perlu menjaga tiga pilar utama yang ditemukan pada masyarakat di blue zone, yaitu, membatasi asupan kalori secara sehat, melakukan aktivitas fisik secara teratur, dan menjaga hubungan sosial yang suportif.

“Stres yang sementara seperti puasa atau aktivitas fisik justru bisa memicu umur panjang, selama tidak berlangsung terus-menerus,” ucapnya. 

Editor : Wahab Firmansyah

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut