Yang dimaksud "penganan enak kepunyaan kita sendiri" seperti kata Soekarno adalah kue-kue berbahan lokal. Seperti singkong, ubi, jagung, tepung beras, dan tepung ketan. Yang menyebabkan para wanita di kabinetnya menganggap makanan Eropa lebih bergengsi daripada "makanan kita" yang dianggapnya melarat tampaknya tidak lepas dari pengaruh dan propaganda bahwa selera Eropa lebih unggul dari selera sendiri.
Dalam buku "Jejak Rasa Nusantara, Sejarah Makanan Indonesia ", Fadly Rahman menuliskan, bahan-bahan lokal terkesan sulit menyaingi dominasi bahan-bahan Eropa yang hingga 1950-an tetap gencar menanamkan pengaruhnya. "Rasa tidak percaya diri terhadap makanan sendiri dan lebih memuliakan selera Eropa juga tidak terlepas propaganda iklan seperti margarin yang masih berkuasa di media-media massa," tulis Fadly Rahman.
Margarin menjadi salah satu contoh bahan makanan fabrikasi Eropa, yang sukses membentuk sekaligus mengubah selera masak dan makan di belahan dunia . Termasuk Indonesia. Pengaruh margarin, kue basah seperti jenis taart dan kue kering seperti nastaart dan kastangel lebih disukai.
Bagi ibu rumah tangga margarin adalah pasangan masak yang agung. Menurut Fadly, pengutuban "makanan Eropa" dan "makanan kita" seperti dalam percakapan Soekarno menunjukkan sebentuk konstruksi berfikir terhadap "makanan ningrat" dan "makanan rakyat" dalam bentuk barunya.
Editor : Vitrianda Hilba Siregar
Artikel Terkait