Kusni Kasdut 2 Sisi yang Melekat, Penjahat Kelas Kakap Pembunuh Kejam Sekaligus Pejuang di Surabaya

Solichan Arif
Kusni Kasdut, penjahat legendaris yang pernah turut berjuang di palagan perang 10 November Surabaya. Foto/Repro/MPI/Solichan Arif

Dalam buku "Kusni Kasdut", Parakitri menulis, Kusni Kasdut ternyata memang bukan berasal dari Blitar. Juga bukan dari Malang. Kusni lahir di Desa Bayan Patikrejo Kabupaten Tulungagung. Sekitar 20 kilometer dari Kabupaten Blitar.

Wonomejo, ayahnya bukan kepala desa. Ayahnya seorang petani biasa. Sebelum menikahi Kastun dan memiliki anak Kusni Kasdut , Wonomejo sudah memiliki istri dengan delapan anak. Sementara Kastun sebelumnya adalah istri adik kandung Wonomejo, yang dari pernikahannnya dikaruniai satu anak perempuan yang diberi nama Kuntring.

Setelah suaminya meninggal, Kastun menjanda. Tidak berlangsung lama, istri Wonomejo juga meninggal. Diam-diam Wonomejo kemudian menikahi Kastun yang sebelumnya adalah adik iparnya. Pernikahan yang disembunyikan itu yang membuat mereka digunjingkan warga. Apalagi saat itu Kastun mengandung Kusni Kasdut .

Saat Kusni berumur enam tahun, Wonomejo meninggal dunia karena sakit. Bukan disiksa tentara Jepang. Sebelum pindah ke Malang, Kastun bersama Kusni kecil dan Kuntring kakak Kusni beda bapak, lebih dulu singgah di Desa Jatituri, Blitar. Di rumah teman Kastun yang sudah dianggap saudara, Kuntring dititipkan. Sementara Kusni dibawanya ke Malang. Untuk menyambung hidup, Kastun berjualan pecel di teras rumah kontrakan di Gang Jangkrik, Wetan Pasar.

Sekitar bulan Oktober 1945. Rombongan Kusni Kasdut tiba di Surabaya. Rombongan pejuang dari Malang datang saat insiden penyobekan bendera Belanda di Hotel Yamato, belum lama terjadi. baca juga: Jembatan Petekan, Saksi Bisu Kejayaan Surabaya di Masa Kolonial Belanda

Saat itu situasi perlawanan arek-arek Surabaya tengah memuncak. Perlawanan dipimpin Dr Moestopo. Seorang doktor yang juga dokter gigi kelahiran Ngadiluwih, Kediri, bekas komandan PETA Sidoarjo. Di siaran RRI, Bung Tomo terus berorasi. Semangat tempur para pejuang dan rakyat , terus dibakar. Tak ada kata menyerah.

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network