JAKARTA, iNewsBekasi.id - Niat puasa Dzulhijjah, Tarwiyah, dan Arafah 2023. Dalam bulan Dzulhijjah tahun 2023, puasa sunnah Dzulhijjah dilakukan pada hari 1-9 Dzulhijjah, termasuk puasa Tarwiyah (8 Dzulhijjah) dan puasa Arafah (9 Dzulhijjah).
Niat untuk berpuasa harus dilakukan sejak malam hari sebelum masuk waktu subuh. Sehingga, setelah maghrib Anda sudah dapat langsung berniat dalam hati untuk berpuasa besok.
Jika Anda belum sempat berpuasa pada malam hari dan bangun setelah waktu imsak atau subuh, Anda masih dapat berpuasa sunah asalkan Anda belum makan, minum, atau melakukan hal-hal yang dapat membatalkan puasa.
Menurut Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal M.Sc yang berasal dari Yogyakarta, yang dimaksud dengan niat adalah keinginan atau kehendak. Niat puasa adalah keinginan untuk berpuasa. Niat tidak harus diucapkan secara lisan, cukup di dalam hati saja. Sebagaimana dikatakan oleh ulama besar Muhammad Al Hishni:
لاَ يَصِحُّ الصَّوْمَ إِلاَّ بِالنِّيَّةِ لِلْخَبَرِ، وَمَحَلُّهَا القَلْبُ، وَلاَ يُشْتَرَطُ النُّطْقُ بِهَا بِلاَ خِلاَفٍ
"Puasa tidaklah sah kecuali dengan niat karena ada hadis yang mengharuskan hal ini. Letak niat adalah di dalam hati dan tidak disyaratkan dilafazkan." (lihat kitab Kifayah Al-Akhyar, halaman 248)
Perintah untuk berpuasa pada bulan Dzulhijjah berdasarkan sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassallam:
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ
"Tidak ada satu amal salih yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal salih yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzulhijjah)." Para sahabat bertanya, 'Tidak pula jihad di jalan Allah?' Nabi Shallallahu 'alaihi wassallam menjawab, 'Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satu pun'."
(Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Dawud nomor 2438, At-Tirmidzi 757, Ibnu Majah 1727, dan Ahmad 1968, dari perawi Ibnu ‘Abbas. Syekh Al Albani menyatakan bahwa hadis ini sahih. Syekh Syu'aib Al Arnauth menyatakan bahwa sanad hadits ini sahih sesuai syarat Bukhari dan Muslim).
Menurut Ibnu Qudamah rahimahullah, "Sepuluh hari awal Dzulhijjah adalah hari-hari yang mulia dan dianugerahi kemuliaan, pada hari-hari tersebut pahala amalan akan digandakan dan disunnahkan untuk beribadah dengan sungguh-sungguh." (Al Mughni, 4: 443).
Selain itu, dalil keutamaan berpuasa pada awal bulan Dzulhijjah juga dapat ditemukan dalam hadis dari Hunaidah bin Kholid, yang diterima dari istrinya, yang menyatakan bahwa beberapa istri Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassallam menyatakan:
عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ تِسْعَ ذِى الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ.
"Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam biasa berpuasa pada 9 hari awal Dzulhijjah, pada hari Asyura, berpuasa 3 hari setiap bulannya, …" (HR Abu Dawud nomor 2437. Syekh Al Albani mengatakan hadis ini sahih).
Editor : Fatiha Eros Perdana
Artikel Terkait