Benny makin intensif mengajak berdiskusi, mulai pelatihan pasukan Den-81 maupun lainnya. “Dari situ saya mendapat kesan khusus mengenai betapa ia memiliki karakter yang sangat kuat. Auranya memancarkan wibawa ditambah dengan wajahnya yang keras dan jarang tersenyum,” tutur Luhut.
Bagi perwira menengah, kerap diajak berdiskusi oleh jenderal tentu sebuah kebanggaan. Terlebih ketika itu karier Benny telah melesat dan menjadi Panglima ABRI sekaligus orang kepercayaan Soeharto.
Namun jika terlalu sering dipanggil, justru akan menimbulkan kegelisahan. Begitu pula yang dirasakan Luhut. Akibat sering dipanggil ke kantornya, lama-kelamaan dia menjadi risih.
Kebanggaan dipanggil oleh Panglima ABRI mengecil, karena pasti banyak yang tahu. Luhut berpikir, hal itu juga akan menjadikan para seniornya tidak senang, atau mungkin juga iri.
Suatu ketika saat mood Benny Moerdani bagus, Luhut memberanikan diri mengorek perihal tersebut. Lulusan terbaik Akademi Militer 1970 ini menanyakan mengapa dirinya sering dipanggil menghadap dan diajak berdiskusi.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta