Makna Filosofis Simbol Surya dalam Kehidupan Beragama Masyarakat Majapahit

Avirista Midaada/Fatiha Eros Perdana
Makna Filosofis Simbol Surya dalam Kehidupan Beragama Masyarakat Majapahit. (Foto: Fatiha Eros Perdana/Net Bekasi)

Keyakinan akan keberadaan Dewa Matahari atau sebagai keturunan Dewa Matahari (Children of the Sun), telah dianut dan berkembang di kalangan pengikut budaya Megalitik, seperti yang masih dianut oleh beberapa suku bangsa di Indonesia saat ini. Di antara suku bangsa yang mengamalkan pemujaan Dewa Matahari adalah mereka yang tinggal di Pulau Timor, Kei, Seram, dan Pulau Sumba.

Dalam konsep tersebut, terdapat keyakinan bahwa matahari memiliki kekuatan magis yang selalu dipancarkan ke seluruh alam sekitarnya. Berdasarkan konsep ini, arah timur dianggap memiliki potensi besar sebagai sumber kehidupan karena merupakan arah matahari terbit.

Sementara itu, arah barat dianggap sebagai arah kematian atau berkurangnya kekuatan karena merupakan arah matahari terbenam. Konsep kepercayaan tersebut tercermin dalam orientasi penguburan mayat yang diarahkan ke timur-barat atau barat-timur, sejalan dengan kepercayaan bahwa kedua arah tersebut memiliki kekuatan magis.

Penempatan kepala mayat di timur mencerminkan keyakinan bahwa arah timur merupakan tempat asal nenek moyang. Oleh karena itu, penguburan dengan kepala mengarah ke timur bertujuan agar arwah orang yang meninggal bisa kembali ke tempat asalnya.

Di sisi lain, penguburan dengan kepala di arah barat sesuai dengan keyakinan bahwa barat adalah arah kematian.

Editor : Fatiha Eros Perdana

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network