Perspektif Islam: Kasih Sayang dan Persatuan jadi Fondasi
Dari Sulawesi Selatan, Prof Dr H Muhammad Galib M MA, Guru Besar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Alauddin Makassar, mengemukakan bahwa kepemimpinan etis hanya tumbuh dalam masyarakat yang menjunjung kasih sayang, saling mendukung, dan persatuan.
“Keberagaman harus disikapi dengan kasih sayang, agar manusia dapat berinteraksi secara dinamis dan harmonis—tanpa konflik, permusuhan, dan pertumpahan darah yang dapat timbul akibat perbedaan kepentingan,” ujarnya.
Ia kemudian mengutip Surah Al-Maidah (5:2): “Tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan, dan jangan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.”
Prof Galib menegaskan bahwa seluruh umat manusia harus menjaga persatuan dan bekerja sama menciptakan perdamaian lintas agama, budaya, dan bangsa karena kita adalah satu kemanusiaan.
Ajaran Hindu: Pemimpin Harus Memimpin Lewat Teladan
Pendeta sekaligus pengajar muda dari ISKCON, Kavi Karnapura Das, menyoroti pesan utama Bhagavad Gita (3.21): “Apa pun yang dilakukan seorang pemimpin besar, akan diikuti oleh orang-orang pada umumnya.”
Ia menekankan bahwa kepemimpinan etis hanya dapat tercapai jika pemimpin bersikap konsisten antara nilai dan tindakan.
“Jika Anda seorang pejabat pemerintah atau pemimpin yang korup, lalu Anda meminta orang lain untuk tidak melakukan hal yang sama, itu tidak akan berhasil. Prinsip pertama kepemimpinan etis harus dimulai dengan memimpin melalui teladan,” tegasnya.
Ia juga mendorong dunia pendidikan untuk memasukkan pendidikan karakter, disiplin, dan kepemimpinan yang melayani sebagai dasar pembentukan pemimpin masa depan yang berintegritas.
Editor : Wahab Firmansyah
Artikel Terkait
