Dua ayat itu adalah:
رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ كَانُوا مُسْلِمِينَ
Artinya: "Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di Akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang Muslim."
ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ ۖفَسَوْفَ يَعْلَمُونَ
Artinya: "Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang, dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong). Maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka)." (QS. Al Hijr: Ayat 2-3)
Seolah ayat ini adalah hujjah untuk dirinya. Kutukan sekaligus peringatan Allah yang terakhir, namun tak digubrisnya. Dan ia bahagia hidup berlimpah harta dan keturunan bersama kaum Nasrani.
Dalam keadaan seperti itulah akhirnya ajal datang menjemputnya. Ia Mati dalam keadaan murtad.
Astaghfirullah, seorang hafiz dan Mujahid saja bisa kehilangan imannya, bagaimana dengan kita yang kurang amalan ini.
Rasulullah SAW pernah bersabda:
مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
Artinya: "Tidak pernah kutinggalkan setelahku fitnah yang lebih dahsyat bahayanya bagi kaum pria, daripada fitnah wanita." (Muttafaqun 'Alaih)
Catatan:
Pemuda yang dikisahkan di atas adalah seorang Tabiin bernama Abdah bin Abdurrahiim berdasarkan penukilan dari Kitab Al-Bidayah wan-Nihayah yang ditulis Imam Ibnu Katsir. Beliau meriwayatkan dari Ibnu Jauzi.
Namun, hal ini dibantah oleh penukilan lainnya, bahwa yang murtad itu adalah pemuda yang tidak disebut namanya. Pemuda itu adalah pengikut dari Abdah bin Abdurrahim. Sedangkan Abdah bin Abdirrahim
Editor : Eka Dian Syahputra