Martono merasa heran mengapa Rio bisa berkata layaknya orang dewasa yang sedang menasihati. Hingga sore hari Rio masih berada di ICU dan mengatakan bahwa ia ingin pulang. Namun, Martono mnegira pulang yang dimaksud adalah pulang ke rumah. Namun ternyata bukan itu yang dimaksud Rio. "Enggak, Pah. Rio mau pulang ke surga. Rio tunggu Papah dan Mamah di Surga," katanya.
Martono terkejut dan ia merasa ada suara yang menyuruhnya membimbing sang anak mengucapkan dua kalimat syahadat. Akhirnya Martono melakukan hal tersebut sambil menangis. Martono juga mendapat seperti bisikan bahwa anaknya segera berpulang setelah azan Magrib dikumandangkan. Benar saja, Rio meninggal pada 27 Juli 1999 setelah azan Sholat Magrib.
Agnes yang terpukul terus meratapi anaknya. Ia mendapatkan pengalaman aneh saat itu. Agnes seakan melihat Rio menghampirinya dan mengatakan tidak ingin berpulang dengan jas melainkan kain putih. Ketika dirinya memberi tahu salah seorang tetangganya yang Muslim perihal kejadian aneh itu, tetangga Agnes mengatakan bahwa itu adalah sebuah petanda Rio ingin dimakamkan secara Islam.
Agnes dan Martono sempat berdebat hingga akhirnya memutuskan membalut Rio dengan baju, celana, dan sepatu putih. Rio pun disholatkan oleh mereka yang beragama Islam. Keluarga Agnes yang merupakan penganut Katolik bersikeras ingin Rio dimakamkan secara Katolik.
Suatu hari, Agnes mendapatkan bisikan aneh terkait rumah dan mobil. "Rumah adalah rumah Tuhan dan mobil adalah kendaraan untuk menuju-Nya," begitulah bisikan yang didengar Agnes. Ia pun teringat saat Rio masih TK.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta