Kelima, hajinya al hajjul mabrur, haji yang mabrur
Perintah haji antara lain terdapat dalam surat Ali Imron, 3 : 97.
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu ( bagi ) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah"
Adapun target yang harus dicapai oleh seorang jamaah haji sebagaimana sudah menjadi pengetahuan umum adalah haji mabrur.
Rasulullah saw bersabda ;
اَلْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ اِلاَّالْجَنَّة.
“Haji mabrur tidak ada balasan lain kecuali surga”. (HR Bukhari Muslim).
Bermacam penjelasan para ulama tentang alamatul mabrur atau ciri-ciri haji mabrur, termasuk juga dari para tokoh berdasarkan pengalaman pribadi masing-masing.
Menurut Sayid Sabiq dalam Fikih Sunnah "Yang dinamakan haji Mabrur ialah: Ibadah haji yang tidak dicampuri perbuatan dosa.
Menurut Hasan ialah : Hendaklah dia kembali zuhud terhadap dunia dan menginginkan akherat "Sayid Sabiq, Terj Fikih Sunnah, jilid hal 34).
"Wahai Haji! Kemanakah tujuanmu kini ? Kembali kepada kehidupan dan duniamu yang semula? Apakah engkau yang telah menunaikan ibadah haji tidak berbeda dengan engkau yang sebelumnya? Jangan demikian! Engkau telah memainkan peranan Ibrahim di dalam pertunjukan simbolis ini "(Dr. Ali Shariati, Haji, terj Anas Mahyuddin, hal 179-180).
Maka esensi haji mabrur adalah, sekembali dari menunaikan ibadah haji, kualitas keislaman keimanan dan ketaqwaan yang bersangkutan lebih meningkat dari sebelumnya.
Atau dengan kata lain "selama di tanah suci menjadi tamu Allah , sekembali di tanah air menjadi duta Allah". Sebagaimana layaknya Dubes-Dubes kita di Luar Negeri yang selalu membawa aspirasi NKRI, maka Duta Allah selayaknya di manapun dia berada selalu membawa aspirasi Allah SWT.
Wallahu a'lam bish-shawab,
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta