BEIJING, iNews.id - Sebagaimana diketahui, murtad dapat diartikan sebagai perilaku seorang muslim yang keluar dari agama Islam. Penyebab orang melakukan hal tersebut pun beragam.
Mulai dari keyakinannya berganti secara sukarela atau adanya paksaan dari pihak tertentu.
Dalam sejarahnya, peradaban Islam sejak dulu telah merambah dan tersebar di negara-negara dunia. Bahkan, beberapa diantaranya pernah menjadi penguasa di wilayah tersebut.
Kebebasan dalam memilih agama terkadang tidak sesuai dengan pelaksanaannya. Karena tercatat ada beberapa kali kejadian ketika sebuah kelompok tertentu dipaksa untuk mengikuti kepercayaan atau agama lain.
Berikut beberapa negara di dunia yang pernah memaksa warga muslimnya untuk murtad.
1.Spanyol-Muslim Andalusia
Dalam sejarahnya, Kerajaan Andalusia pernah membangun peradaban muslim di Spanyol. Sayangnya, setelah penaklukan Spanyol oleh raja-raja Katolik sekitar abad ke-11 hingga 15, muslim di Spanyol menjadi terpinggirkan.
Dikutip dari situs Egypt Today, setelah berhasil menaklukan Granada, Raja Spanyol yang baru memiliki rencana.
Pada Maret 1492, dia menandatangani sebuah dekrit yang secara efektif memaksa orang Yahudi keluar dari negaranya.
Kebijakannya terhadap umat Islam pun tidak jauh berbeda. Pada tahun tersebut tercatat ada sekitar 500.000 muslim di seluruh Spanyol.
Dalam hal ini, Gereja Katolik membuat pilihan untuk memaksa mereka pindah ke agama Kristen.
Cara pertama dilakukan dengan penyuapan. Pendakwah muslim diberikan uang, hadiah, tanah agar mereka bersedia mempengaruhi orang muslim lainnya. Namun, cara ini diketahui gagal.
Pada tahun 1499, Francisco Jimenez de Cisneros, seorang kardinal di Gereja Katolik dikirim ke Spanyol untuk mempercepat proses peralihan agama disana.
Tidak lagi dengan penyuapan, dia mendiskriminasi dan melecehkan umat muslim sampai mereka mau untuk murtad atau keluar dari Islam.
Mereka yang menolak dikirim ke penjara dan disiksa. Selain itu, harta benda yang mereka miliki juga disita. Akhirnya, umat muslim di sana pun melakukan pemberontakan.
Mereka bersatu dalam keyakinan Islam dan melawan pemerintahan Kristen.
Seperti yang diketahui, muslim Uighur di China kerap mendapat perlakuan buruk di negeri Tirai Bambu tersebut.
Tidak jarang juga, orang-orang muslim ditangkap dan ditahan tanpa alasan yang jelas. Pemerintah setempat melarang muslim Uighur untuk beribadah, melarang penggunaan pakaian keagamaan, hingga memaksa untuk meninggalkan pemakaman ala Islam dan menggantinya dengan tradisi kremasi China.
Dikutip dari Al Jazeera, sekitar bulan Agustus 2018, Komite PBB membuat laporan yang menyatakan sekitar satu juta orang Uighur telah ditahan di kamp “Kontra Terorisme” di China.
Selain itu, sekitar dua juta orang uighur juga dipaksa masuk ke kamp pendidikan ulang sebagai bentuk indoktrinasi budaya dan agama.
Menurut salah satu organisasi HAM, para tahanan di kamp tersebut dipaksa belajar bahasa mandarin, melafalkan pujian untuk Partai Komunis China (PKC).
Para tahanan juga berulang kali mengalami pelecehan secara fisik maupun psikologis.
Hal ini disinyalir menjadi kebijakan baru yang diadopsi Pemerintah China berdasarkan motivasi dari ideologi etnosentris Partai Komunis China.
Dari sebagian praktik ini, secara sistematis pemerintah China berusaha menghapus etnis Uighur di Xinjiang.
3. Filipina-Bangsa Moro
Dalam sejarah negaranya, tetangga Indonesia ini juga mengalami berbagai peristiwa besar. Salah satunya berkaitan dengan etnis Moro yang beragama Islam.
Dikutip dari laman Amaliah, Filipina dalam sejarahnya memiliki komunitas muslim yang dikenal sebagai Moro atau Bangsa Moro.
Mereka berasal dari Mindanao, Sulu, dan Palawan, namun terus menyebar ke seluruh Filipina. Kata Moro sendiri diambil dari kata “Moor”, istilah yang digunakan bangsa Spanyol saat menjajah Filipina dulu. Sebutan ini diartikan untuk menggambarkan muslim keturunan Arab.
Bangsa Moro ini memiliki sejarah panjang perlawanan terhadap penjajah Spanyol dan Jepang dalam mencapai kemerdekaan.
Saat negara Spanyol berkuasa di Filipina, mereka menganiaya warga muslim dan memerintahkannya untuk berpindah agama ke Kristen.
Dalam hal ini, bangsa Moro yang merasa terancam meningkatkan upaya untuk melawannya. Setelah Filipina merdeka, bangsa Moro justru terisolir dari kelompok mayoritas di negara ini dan mendapat perlakuan diskriminatif.
Editor : Eka Dian Syahputra