bas pandemi. Dea pun berhenti. Dia harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan hidup dan keluarganya.
Akhirnya dia beralih menjadi PSK online yang biasa beroperasi dari apartemen ke apartemen. Dea membanderol Rp750 ribu sekali main. Dia menjajakan sendiri melalui aplikasi percakapan tanpa mucikari. Alasannya penghasilannya bisa lebih besar dibandingkan bekerja dengan bantuan orang lain. Menurutnya, tidak mudah bekerja seperti ini sendiri. Banyak pengalaman buruk yang terjadi misalnya pria hidung belang yang hanya tanya-tanya atau mem-bully-nya.
“Kalau itu sudah risiko, jadi saya anggap hal biasa,” ucapnya. Dea merupakan salah satu dari sekian banyak terapis yang terimbas pandemi Covid-19 kemudian beralih menjadi PSK online. Mereka juga harus mengirimkan uang keluarga di kampung dan belum lagi membiayai kebutuhan sehari-hari.
“Mulai dari cicilan mobil, transportasi kerja sampai bayar kos-kosan,” kata Re (24), terapis di spa dan sauna Cengkareng, Jakarta Barat. Seharian bekerja sebagai terapis, dia mendapatkan penghasilan Rp1 juta-Rp2 juta. Jumlah itu masih kurang mengingat kebutuhannya cukup tinggi. Dia harus mengirimkan Rp5 juta-Rp7 juta untuk keluarga di kampung, sementara sewa kos-kosan dia merogoh Rp2 juta per bulan dan transportasi Rp100 ribu-Rp200 ribu per hari.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta