"Kami juga akan melihat atraksi spektakuler yang belum pernah ada sebelumnya di Indonesia, yaitu melukis wayang tercepat dengan panjang 15 meter dalam waktu 12 jam. Ini akan merepresentasikan lakon Banjaran BIMA dan akan digelar pada tanggal 8 November 2023," jelas Nurrachman.
Acara lain yang tidak kalah menarik meliputi talkshow dengan tema "Esensi Mahakarya Warisan Lisan dan Tak Benda Kemanusiaan dari Wayang Indonesia" serta seminar internasional dengan tema "Budaya Bhinneka Tunggal Ika Indonesia dalam Konteks Kemanusiaan."
Selain itu, akan ada ekskursi, atraksi pertunjukan wayang, workshop pembuatan wayang dari karton, dan banyak lagi. Semua acara ini bertujuan untuk memahami dan merayakan warisan budaya wayang Indonesia dalam konteks global.
Ketua Dewan Pakar SENAWANGI Dr. Sri Teddy Rusdy, SH., M.Hum menyampaikan, dalam implementasi pergelaran wayang sesungguhnya nilai kebenaran menjadi paling utama,
“Namun tuntutan kekinian termasuk disebut sebagai dekonstruksi dalang mudah berpaling pada hal-hal yang mudah untuk dicerna oleh masyarakat penontonnya. Kadang ini tidak disadari oleh dalang yang berorientasi pada tontonan daripada maknanya,” ujar Sri Teddy Rusdy.
Gejala ini memang sulit dilakukan. Namun kata Sri Teddy Rusdy, harus ada yang terus memperjuangkan dan mempertahankan.
“Paling tidak adalah nilai-nilai kebenaran yang sifanya penting. Ada ungkapan dalam bahasa Jawa “beja-bejane sing lali, isih beja sing eling lawan waspada” lebih beruntung yang tetap ingat daripada tidak ingat sama sekali,” ujarnya mengingatkan.
Keberadaan Senawangi sebagai penjaga gawang terkhir dari kehidupan wayang, kata Sri Teddy Rusdy, memang cukup berat karena harus mewadahi semua pihak.
Hadir di acara jumpa pers ini beberapa pengurus SENAWANGI, organisasi pendukung, serta para dalang, seniman, budayawan, dan wartawan.
Editor : Vitrianda Hilba Siregar